Duet capres dan cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa
sudah menyerahkan visi dan misi serta program aksi jika terpilih
memimpin Indonesia. Visi dan misi serta program aksi tersebut disertakan
dalam pendaftaran ke KPU masing-masing pada Senin (19/5) dan Selasa
(20/5).
Dari visi misi inilah, kedua pasangan capres menjabarkan dalam beberapa program aksi.
Visi
dan misi Prabowo-Hatta
Prabowo-Hatta mendeklarasikan visi yang sepenuh-penuhnya menjadi maksud dan
tujuan dari para Pendiri Bangsa, yaitu:
Membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur serta bermartabat
Dan untuk itu Prabowo-Hatta akan mengemban MISI sebagai berikut :
1. Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, aman dan damai, bermartabat,
demokratis, berperan aktif dalam perdamaian dunia, serta konsisten melaksanakan
Pancasila dan UUD 45.
2. Mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, berkerakyatan, dan percaya diri
menghadapi globalisasi.
3. Mewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial, dengan sumber daya manusia
yang berakhlak berbudaya luhur; berkualitas tinggi: sehat, cerdas, kreatif dan
trampil.
Visi Misi Jokowi-JK
Untuk lima tahun kedepan, pemerintahan kami akan dipandu oleh visi sebagai
berikut:
Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan
gotong royong.
Gotong royong merupakan intisari dari ideologi Pancasila 1 Juni 1945. Kami
berkeyakinan bahwa tanggung jawab untuk membangun bangsa ke depan harus dilakukan
dengan cara musyawarah dalam memutuskan dan gotong royong dalam kerja. Kekuatan
rakyat adalah Gotong Royong, dimana rakyat secara bahu-membahu menyelesaikan
berbagai hambatan dan tantangannya ke depan.
Kami menyadari untuk mewujudkan ideologi itu bukan kerja orang perorang ataupun
kelompok. Ideologi memerlukan alat kolektif yang namanya gotong royong. Dengan
kolektivitas itulah ruhideologi akan memiliki raga, keberlanjutan dan sekaligus
kekuatan maha dasyat. Sedangkan kata-kata berdaulat, mandiri dan berkepribadian
adalah amanat Pancasila 1 Juni 1945 dan TRISAKTI.
Berdaulat adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu hak setiap bangsa untuk
menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi diri
bangsanya. Oleh karena itu, pembangunan, sebagai usaha untuk mewujudkan
kedaulatan sebagai negara merdeka, merupakan upaya membangun kemandirian.
Namun, kemandirian yang dimaksudkan bukanlah kemandirian dalam keterisolasian,
tetapi didasarkan pada kesadaran akan adanya kondisi saling ketergantungan
dalam kehidupan bermasyarakat, baik dalam suatu negara maupun antar-bangsa.
Kemandirian yang demikian adalah paham yang proaktif dan bukan reaktif atau
defensif. Bangsa yang berdaulat dan mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan
kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain. Oleh karena itu, untuk
membangun kemandirian, mutlak diperlukan perkuatan kemampuan nasional di bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Kemampuan
untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan sekaligus
kemandirian.
Bangsa yang berdaulat dan mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan
sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan
pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Oleh karena itu, untuk membangun
kemandirian, mutlak harus dibangun dengan memperkuat kemampuan nasional di
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Kemampuan untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan sekaligus
kemandirian. Namun demikian, kemandirian yang dimaksudkan bukanlah kemandirian
dalam keterisolasian. Kemandirian mengenal adanya kondisi saling ketergantungan
yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bermasyarakat, baik dalam suatu
negara maupun bangsa. Terlebih lagi dalam era globalisasi dan perdagangan bebas
ketergantungan antar bangsa semakin kuat. Kemandirian yang demikian adalah
paham yang proaktif dan bukan reaktif atau defensif. Kemandirian merupakan
konsep yang dinamis karena mengenali bahwa kehidupan dan kondisi saling
ketergantungan senantiasa berubah, baik konstelasinya, perimbangannya, maupun
nilai-nilai yang mendasari dan mempengaruhinya.
Kemandirian suatu bangsa tercermin, antara lain, pada ketersediaan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan
pembangunannya; kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum
dalam menjalankan tugasnya; kemampuan untuk memenuhi pembiayaan pembangunan
yang bersumber dari dalam negeri yang makin kokoh dan berkurangnya ketergantungan
kepada sumber luar negeri; dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok, yang
disertai dengan keunggulan dalam inovasi, kreativitas, intergritas, dan etos
kerja sumber daya manusia. Kemajuan suatu bangsa harus ditandai dengan sumber
daya manusia yang memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan memiliki
tingkat pendidikan, produktivitas dan harapan hidup yang tinggi. Bangsa yang
maju adalah bangsa yang mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya, meningkatkan
pendapatan dan pembagiannya, menyediakan infrastruktur yang baik, serta
memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum, yang berjalan dengan
baik. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu memberi keadilan bagi seluruh
rakyatnya, menjamin hak-hak, keamanan, dan ketenteraman warganya tanpa ada
diskriminasi dalam bentuk apapun.
Kepribadian dalam kebudayaan harus dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan,
baik hukum, ekonomi, politik, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.
Kemandirian dan kemajuan suatu bangsa tidak boleh hanya diukur dari
perkembangan ekonomi semata. Kemandirian dan kemajuan juga tercermin dalam
kelembagaan, pranata-pranata, dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan politik
dan sosial. Secara lebih mendasar lagi, kemandirian sesungguhnya mencerminkan
sikap seseorang atau sebuah bangsa mengenai jati dirinya, masyarakatnya, serta
semangatnya dalam menghadapi berbagai tantangan. Karena menyangkut sikap,
kemandirian pada dasarnya adalah masalah budaya dalam arti seluas-luasnya.
Upaya untuk mewujudkan Visi Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong itu akan ditempuh melalui misi
sebagai berikut:
1.Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2.Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan
Negara hukum.
3.Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4.Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5.Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing.
6.Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional
7.Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Visi dan Misi kedua capres di atas di kutif apa adanya (merdeka.com)
Pengamat LIPI Siti Zuhro mengatakan, seluruh capres dan cawapres memiliki fokus
pembenahan yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Di antaranya bidang ekonomi,
sosial, reformasi kelembagaan atau birokrasi, masalah pertahanan keamanan,
pluralisme/keragaman dan toleransi.
Menurut Siti, visi misi yang penting diwujudkan terkait kesejahteraan rakyat.
Hal tersebut, harus dijelaskan lebih rinci agar tidak terlihat normatif saja.
"Visi misi utama untuk mensejahterakan rakyat yang diwujudkan melalui
berbagai bidang itu yang perlu dijabarkan secara jelas dan terukur," ujar
Siti kepada merdeka.com, Kamis (22/5).
Berikut plus minus visi misi capres Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta:
1.
Soal Pendidikan
Kedua pasangan capres dan cawapres
punya niatan yang sama menjalankan wajib belajar 12 tahun. Bahkan kedua capres
sesumbar bakal menggratiskan seluruh biaya pendidikan tersebut.
Menurut Pengamat LIPI Siti Zuhro janji tersebut belum sesuai harapan. Menurut
dia, apalagi yang dibutuhkan selain wajib belajar 12 tahun.
Dalam visi dan misi yang diserahkan ke KPU, pasangan Prabowo dan Hatta ingin
meningkatkan kualitas pembangunan sosial melalui program kesehatan, sosial,
gama dan kebudayaan. Salah satunya memberikan jaminan sosial untuk fakir
miskin, penyandang cacat dan rakyat terlantar.
Demi terlaksananya pemerataan dalam pelayanan publik serta pembangunan,
Prabowo-Hatta juga mewajibkan para mahasiswa yang baru lulus untuk dikirim ke
daerah tertinggal. Termasuk dokter yang baru lulus untuk memberikan pelayanan
kesehatan di daerah miskin.
"Mewajibkan sarjana dan dokter yang baru lulus untuk mengabdi di daerah
miskin dan tertinggal," tulis visi misi Prabowo-Hatta dikutip merdeka.com,
Kamis (22/5).
Sementara untuk meningkatkan sumber daya manusia, pasangan Jokowi dan JK
berjanji merubah sistem pendidikan. Salah satu cara dengan menghapus ujian
nasional di setiap tingkatan sekolah.
"Kami tidak akan memberlakukan lagi model penyeragaman dalam sistem
pendidikan nasional, termasuk di dalamnya Ujian Akhir Nasional," tulis
visi misi Jokowi-JK.
Jokowi-JK juga akan memperketat proses rekrutmen para guru pengajar. Hal ini
dilakukan guna menciptakan pengajar yang berkualitas.
2.
Memperkuat
KPK
Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK punya
niat yang sama dalam hal pemberantasan korupsi.
Mereka berjanji akan memperkuat KPK demi terciptanya Indonesia yang bebas korupsi.
Pasangan Jokowi-JK dalam sembilan agenda prioritasnya berjanji serius memerangi
korupsi dengan konsisten dan terpercaya.
"Kami akan mendukung keberadaan KPK, yang dalam praktik pemberantasan
korupsi telah menjadi tumpuan harapan masyarakat," demikian isi visi dan
misi pasangan Jokowi-JK yang diserahkan ke KPU dikutip merdeka.com,
Kamis (22/5).
Sementara bagi Prabowo-Hatta memberikan janji akan memberantas semua pelaku
korupsi. Terciptanya pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu.
"Mencegah dan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dengan
menerapkan manajemen terbuka dan akuntabel, memperkuat KPK dengan menambah
tenaga penyidik dan fasilitas penyelidikan, dan penguatan peranan KPK,
kepolisian, kejaksaan dalam pemberantasan korupsi secara sinergis."
3.
Di bidang
HAM
Pasangan capres-cawapres Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa berjanji membangun pemerintahan yang melindungi rakyat,
bebas korupsi dan efektif melayani. Pasangan
tersebut berjanji akan menjunjung tinggi hak azasi manusia (HAM).
"Melindungi rakyat dari berbagai bentuk diskriminasi, gangguan dan
ancaman, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia, sesuai dengan sila-sila
Pancasila dan UUD 45," demikian ditulis dalam visi dan misi pasangan
Prabowo-Hatta yang diserahkan ke KPU seperti dikutip merdeka.com, Kamis
(22/5).
Seperti diketahui, Prabowo Subianto kerap dikait-kaitkan dengan kasus
penculikan aktivis pada 1997-1998. Meski hal itu telah berlangsung belasan
tahun lalu, kini isu tersebut kembali muncul di saat Prabowo mencalonkan diri
sebagai capres bersama Hatta Rajasa.
Sementara Jokowi-JK juga berkomitmen menyelesaikan secara berkeadilan terhadap
kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu. Sebab kasus-kasus itu sampai saat ini
masih menjadi beban sosial politik bagi bangsa Indonesia seperti; Kerusuhan
Mei, Trisakti-Semanggi 1 dan 2, Penghilangan Paksa, Talang Sari- Lampung,
Tanjung Priok, Tragedi 1965.
"Kami berkomitmen menghapus semua bentuk impunitas di dalam sistem hukum
nasional, termasuk di dalamnya merevisi UU Peradilan Militer yang pada masa
lalu merupakan salah satu sumber pelanggaran HAM."
Karena itu, Jokowi berjanji akan memperjuangkan penghormatan terhadap HAM di
lingkungan Negara-negara ASEAN untuk diimplementasikan sesuai kesepakatan yang
sudah ditandatangani di dalam ASEAN-Charter.
4.
Kekerasan
seksual pada perempuan dan anak
Kasus kekerasan seksual yang marak
terjadi belakangan juga menjadi salah satu fokus capres dan cawapres di Pilpres
2014 kali ini. Baik pasangan Prabowo-Hatta juga Jokowi- JK punya cara
tersendiri mengantisipasi kasus kekerasan seksual tersebut.
Bagi pasangan Prabowo dan Hatta, kasus narkoba, perdagangan manusia menjadi
tindakan kriminal yang wajib dihukum dengan berat. Perlindungan bagi perempuan
dan anak juga menjadi fokus untuk pasangan yang diusung oleh Partai Gerindra,
PAN, Golkar, PPP, PKS dan PBB.
"Memberantas perdagangan manusia, membasmi peredaran dan penyalahgunaan
narkoba dengan hukuman berat bagi pelakunya, dan memberikan perlindungan yang
efektif kepada perempuan dan anak serta kelompok rentan lainnya dari tindakan
kekerasan dan kejahatan termasuk kejahatan seksual, serta meningkatkan status
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak menuju
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak," demikian tulis
Visi dan Misi Prabowo-Hatta yang diserahkan ke KPU, dikutip merdeka.com,
Kamis (22/5).
Sementara untuk pasangan Jokowi-JK lebih detail menjelaskan visi dan misinya
bagi perlindungan perempuan dan anak.
Salah satunya dengan melaksanakan
semua UU untuk penghentian kekerasan terhadap perempuan melalui peningkatan
upaya-upaya pencegahan, meningkatkan kapasitas kelembagaan, peningkatan alokasi
anggaran serta mengembangkan dan menerapkan kerangka pemantauan dan evaluasi
yang efektif. Segera membahas dan mengesahkan RUU kekerasan seksual.
"Kami berkomitmen menginisiasi pembuatan peraturan perundangan dan
langkah-langkah perlindungan bagi semua Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang bekerja
di dalam maupun di luar negeri. Memberikan perlindungan bagi pekerja/buruh
migran melalui: Memberikan pembatasan dan pengawasan peran swasta; Menghapus
semua praktik diskriminatif terhadap buruh migran terutama buruh migran
perempuan," tulis Visi Misi Jokowi-JK.
5.
Kesehatan gratis
Baik Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK
punya cara tersendiri dalam bidang kesehatan. Keduanya sesumbar akan memberikan
berobat gratis bagi rakyat yang tidak mampu.
Namun visi dan misi ini dikritisi oleh Pengamat LIPI Siti Zuhro. Menurut dia,
belum jelas implementasi dari janji-janji para capres dan cawapres itu.
"Kesehatan gratis untuk masyarakat yang kurang beruntung, akan seperti
apa?" kritik Siti.
Dia berharap, agar visi misi para capres dijabarkan lebih detail. Khususnya
untuk kesejahteraan rakyat.
"Intinya adalah perbaikan kualitas manusia Indonesia melalui kesejahteraan
rakyat dan pembangunan bermartabat. Reformasi di level nasional dan lokal perlu
ditegaskan dalam misi capres-cawapres, khususnya dalam konteks pelaksanaan
otonomi daerah," tegas dia.
Sumber : merdeka.com