8:16 PM -
No comments
MAKALAH : TEKNIK KOMUNIKASI DAN PRESENTASI YANG EFEKTIF
TEKNIK KOMUNIKASI DAN
PRESENTASI YANG EFEKTIF
OLEH:
ANDANG MASNUR
Abstrak:Tekhnik komunikasi dan presentasi yang efektif memaparkan tentang
pentingnya komunikasi ditengah-tengah kehidupan sehari-hari. Bahwa komunikasi
adalah sebuah proses penyampaian pesan dari seseorang ke orang lain. Dalam
melakukan Presentase ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, misalnya
persiapan, penguasaan materi dan penggunaan alat peraga. Etika dan etika kepemimpinan aparatur, menjelaskan tentang nilai-nilai keutamaan pemerintahan, perilaku etis
dantidak etis dan menjelaskan karakter serta nilai etik kepemimpinan.
Kata-kata
kunci:
1.
Komunikasi dan Presentasi
2.
Etika Kepemimpinan Aparatur
A. TEKHNIK
KOMUNIKASI DAN PRESENTASI YANG EFEKTIF
1.
PENDAHULUAN
Komunikasi
secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat
dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan
Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human
communication is the process through which individuals –in relationships,
group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to
the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat
yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu
sama lain.
Untuk
memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara
efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?
Paradigma
Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1.
Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2.
Pesan (mengatakan apa?)
3.
Media (melalui saluran/ channel/media
apa?)
4.
Komunikan (kepada siapa?)
5.
Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara
sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode)
pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima
yang menimbulkan efek tertentu.
Teknik
Komunikasi dan Presentasi yang Efektif merupakan keterampilan dan kemampuan
inter disipliner yang mutlak dikuasai oleh para pejabat dan staf di lingkungan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam mewujudkan misi pelayanan sesuai visi dan misi
instansinya. Aplikasi modul ini dapat secara lebih khusus Anda terapkan kepada
kegiatan perencanaan, pengembangan bahan sajian dan penerapan penyajian
berbagai ruang lingkup bidang tugas dalam pemerintahan.
Dalam
pelasanaan tugas PNS, diskusi, penyajian dan presentasi menjadi bagian
penunjang keberhasilan pribadi, unit kerja, maupun instansi secara keseluruhan.
Bentuk-bentuk prestasi laporan, proyek, penelitian, maupun untuk kebutuhan lain
akan lebih menarik bila disampaikan dengan teknik komunikasi dan prestasi yang
memadai.
Kesimpulan
yang dapat dipetik dari paparan diatas bahwa, keberhasilan suatu negara,
institusi, organisasi, kelompok bahkan individu tidak hanya ditentukan oleh
tingkat kematangan intelektual dan kompetensinya, tetapi juga dari kemampuan
berkoordinasi, berkolaborasi dan membangun jejaring kerja. Semua hal itu dapat
tercipta apabila semua orang kompeten dan terampil berkomunikasi, dan
presentasi, baik dalam situasi formal, informal dan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kemampuan
komunikasi dan presentasi merupakan keterampilan yang dapat diasah, dipelajari
dan ditingkatkan. Dengan mempelajari teknik komunikasi dan presentasi ini
paling tidak sudah mulai terbangun kemauan untuk meningkatkan kompetensi diri
menjadi komunikator penyaji yang efektif dalam lingkup tugas dalam kehidupan ini.
Para
peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV sebagai pemimpin taktis, selalu
dihadapkan kepada lingkup tugas di lingkungan pemerintahan yang tumbuh,
berkembang, dan berubah cepat kearah efektifitas dan efisiensi kerja. Dengan
menguasai keterampilan berkomunikasi dan berpresentasi ini, para alumni Diklat
Kepemimpinan Tingkat IV lebih terampil dalam menyampaikan laporan, pemikiran,
telaah staf kepada pimpinan dan masyarakat umum, sehingga substansi dari apa
yang dikomunikasikan dan atau dipresentasikan benar-benar dimengerti oleh
pendengar.
2. TEKHNIK
KOMUNIKASI
a. Pengertian
Komunikasi
Kata
komunikasi berasal dari kata latin cum yaitu kata depan yang berarti dengan,
bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu.
Dari kedua kata itu terbentuk kata benda cummunio yang dalam bahasa
Inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan,
persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.
Karena
untuk ber-communio diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata
kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan
sebagian kepada seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap,
bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja communicare
itu pada akhirnya dijadikan kata kerja benda communicatio, atau bahasa
Inggris communication, dan dalam bahasa Indonesia diserap menjadi komunikasi.
Berdasarkan berbagai arti kata communicare yang menjadi asal kata komunikasi, maka secara harfiah komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan.
Komunikasi
berawal dari gagasan yang ada pada seseorang. Gagasan itu diolahnya menjadi
pesan dan dikirimkan melalui media tertentu kepada orang ain sebagai penerima,
Penerima menerima pesan, dan sesudah mengerti pesan itu kemudian menanggapi dan
menyampaikan tanggapannya kepada pengirim pesan. Dengan menerima tanggapan dari
si penerima pesan itu, pengiriman pesan dapat menilai efektifitas pesan yang
dikirimkannya. Berdasarkan tanggapan itu, pengirim dapat mengetahui apakah
pesannya dimengerti dan sejauh mana pesannya dimengerti oleh orang yang
dikirimi pesan itu.
Dari
proses terjadinya komunikasi itu, secara teknis pelaksanaan, komunikasi dapat
dirumuskan sebagai "kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan
melalui media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta
memahami sejauh kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui
media tertentu pula kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya".
Dalam
komunikasi terjadilah pertukaran kata dengan arti dan makna tertentu. Dari sudut
pandang pertukaran makna, komunikasi dapat didefinisikan sebagai "proses
penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada
orang lain melalui media tertentu". Pertukaran makna merupakan inti
yang terdalam dari kegiatan komunikasi karena yang disampaikan orang komunikasi
bukan kata-kata, tetapi arti atau makna dari kata-kata. Yang ditanggapi orang
dalam komunikasi bukan kata-kata, tetapi makna dari kata-kata.
Karena
merupakan interaksi, komunikasi merupakan kegiatan yang dinamis. Selama
komunikasi berlangsung, baik pada pengirim maupun pada penerima, terus-menerus
terjadi saling memberi dan menerima pengaruh dan dampak dari komunikasi
tersebut.
Sebagai
pertukaran makna, komunikasi bersifat khas, unik dan tidak dapat diulangi persis
sama. Karena meski orang yang berkomunikasi sama, isi, dan maksudnya sama,
namun bila diulang, waktu, situasi, dan keadaan batin orang yang berkomunikasi
sudah berbeda. Karena itu, dalam setiap komunikasi, baik bagi orang yang
mengirim maupun yang menerima, dampaknya tidak dapat dihilangkan karena mereka
tidak dapat mencabut kata yang sudah mereka ucapkan dan mengganti dampak yang
diakibatkannya. Mereka hanya dapat merubah kata-kata.
b. Fungsi Komunikasi
Fungsi
komunikasi dapat dilihat dalam hidup pribadi, hubungan dengan orang lain, di
tempat kerja, maupun dalam lingkungan masyarakat.
Ø Hidup
Pribadi
Melalui
komunikasi kita dapat :
1. Mengungkapkan perasaan dan gagasan
kita (komunikasi dapat menjadi alat katarsis untuk melepaskan beban mental dan psikologis
sehingga kita mendapatkan keseimbangan hidup kembali).
2. Menjelaskan perasaan, isi pikiran,
dan peilaku kita sendiri.
3. Semakin mengenal diri (dengan
komunikasi kita mengenal isi hati, pikiran dan perilaku kita, dan mendapat
umpan balik dari rekan komunikasi kita tentang emosi, pikiran, kehendak,
cita-cita, dan perilaku kita).
Ø Hubungan
dengan Orang Lain
Melalui
komunikasi kita dapat :
1.
Mengenal orang lain karena melalui komunikasi orang lain mengungkapkan diri
kepada kita.
2. Menjalin perkenalan, pertemanan, dan
persahabatan dengan orang lain.
3
Membahas masalah, bertukar pikiran, dan membuat rencana
kegiatan bersama orang lain.
4. Meminta bantuan dan pertolongan
kepada orang lain.
5. Saling membantu mengubah sikap dan
perilaku hidup bersama orang lain.
Ø Di Tempat
Kerja
Melalui
komunikasi kita dapat :
1.
Menjalin hubungan baik dengan rekan kerja di tempat kerja.
2.
Membangun kerja sama dan sinergi dengan rekan kerja.
3.
Memberitahu tentang kerja dan mengarahkan kerja itu sesuai dengan tujuan.
4.
Mengatasi perbedaan pendapat, ketegangan, dan konflik.
Ø Dalam
Masyarakat
Melalui
komunikasi kita dapat :
1.
Mempersatukan masyarakat.
2.
Mengatasi masalah bersama dalam masyarakat.
3.
Membuat usaha untuk kemajuan masyarakat.
4.
Mengusahakan kesejahteraan masyarakat.
3.
TEKHNIK KOMUNIKASI YANG
BAIK
Untuk mencapai komunikasi yang baik
perlu dilakukan dengan JEBPLES yaitu : jelas, benar, penuh pertimbangan, lengkap dan singkat.
Selain itu berkomunikasi hendaknya memperhatikan : 5 W & 1 H (whom, who,
what, when, where and how)
1.
Whom : siapa yang akan
diajak berkomunikasi
2.
Who : siapa yang akan
berkomunikasi
3.
What : apa isi yang
tepat untuk berkomunikasi
4.
When : kapan waktu yang
tepat untuk berkomunikasi
5.
Where : dimana lokasi
yang tepat untuk mengkomuniukasikan pesan tersebut
6.
How : bahasa, media,
style yang dipakai untuk berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi adalah
salah satu bentuk dari kecerdasan emosi (EQ, emotional quotient), banyak para
psikolog percaya bahwa EQ memiliki kontribusi yang lebih besar untuk meraih
sukses dalam kehidupan kita dibandingkan dengan kecerdasan otak (IQ, intelegent
quotient). Menurut Daniel Goleman dalam bukunya “Emotional Intelligence”. IQ
hanya menyumbang sekitar 20% sementara EQ member kontribusi sebesar 80% bagi
kesuksesan kita. Tak heran bila paket-paket pelatihan Success Through Emotional
Intelligence sangat laku dipasaran walaupun dipatok dengan harga yang cukup
mahal.
Kelihaian berkomunikasi dibutuhkan
sejak awal menuliskan lamaran, membuat CV, test wawancara, untuk meyakinkan
employer tentang kualifikasi kita. Saat diterima bekerja menjadi seorang
karyawan atau karyawati, peran komunikasi pun tidak kalah penting untuk menjaga
hubungan baik dengan atasan, dengan
rekan kerja, dengan bawahan, dengan pelanggan, dengan supplier. Agar para stake
holkder memahami dengan baik kemampuan kita, diperlukan kemampuan berkomunikasi
yang baik.
Jika kita perhatikan, tidak ada
satu pun pemimpin dunia, politikus ulung, pebisnis, negosiator, pengacara,
artis yang tidak memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Barrack Obama misalnya,
mampu menjadi presiden Amerika Serikat walaupun berasal dari kalangan kulit
hitam. Salah satu sebab utamanya, karena Obama memiliki kemampuan berkomunikasi
yang luar biasa. Dia mampu meyakinkan public
Amerika tentang kekmampuannnya membawa AS menuju masa depan yang lebih
baik.
Menurut Prof. Hembing, jika
“organisasi” diumpamakan tubuh manusia, maka berkomunikasi adalah jantungnya.
Dengan komunikasi itulah, manusia membentuk komunitas-komunitas yang antara
lain berupa sebuah organisasi yang pada gilirannnya berupaya mewujudkan sukses.
Untuk
memenangkan persaingan kita perlu trust dan belief. Keduanya bisa didapatkan
bila kita memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Orang lain mengetahui
kemampuan kita setelah mereka menyaksikan bukti nyata melalui :
1. Appearance : penampilan
1. Appearance : penampilan
2. Words : perkataan
3. Tone : nada bicara
4. Actions : apa yang anda
lakukan
5. Behavior : bagaimana anda
melakukannya
6. Reaction of others
: respon orang lain kepada kita
7. Results : pencapaian atau
prestasi
Jadi bila kita ingin sukses
dibidang kita masing-masing, maka kemampuan berkomunikasi yang baik adalah hal
yang mutlak untuk dimiliki.
B. PRESENTASI
YANG EFEKTIF
Keberhasilan dari sebuah persentasi
adalah kita mengerti betul tentang isi yang akan dipersentasekan sehingga pada
saat menjelaskan tidak terbata-bata atau kebingungan sendiri. Untuk memahami
betul isinya maka lakukan persiapan yang matang. Karena tujuan dari persentase
adalah membuat para audience mengerti dan memahami serta tertarik dari isi
persentasi yang ditawarkan.
Komunikasi merupakan hal yang tidak
bisa dilepaskan oleh kehidupan kita. Adanya komunikasi sangat membantu manusia
dalam berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Menurut epistimologi
komunikasi merupakan bentuk refresentasi dari keinginan seseorang untuk
berinteraksi dengan yang lainnya dengan menggunakan sebuah media sehingga orang
lain dapat menangkap dan memberikan respon maupun efek atas apa yang kita
inginkan. Secara mendasar menurut media yang digunakan komunikasi dibagi
menjadi dua yaitu lisan dan tulisan. Meskipun diera modern ini muncul
komunikasi digital. Namun
pada hakekatnya komunikasi lisan dan tulisan tidak bias dilepaskan dengan
adanya perkembangan media komunikasi. Komunikasi lisan lebih kepada cara bicara
seseorang untuk mengungkapkan keinginan, sedangkan tulisan lebih kepada symbol
untuk mengungkapkan sebuah keinginan.
1. Komponen
dan Hal Pendukung Suksesnya Persentase
Dalam
hal ini presentasi merupakan komunikasi formal yang dilakukan orang dalam
sebuah forum untuk menginterpretasikan keinginan orang pertama. Presentasi
biasa dilakukan pada sebuah forum yang formal maupun non formal. Presentasi
sendiri lebih mengedepankan pada apa yang dimiliki dan keinginan presenter
kepada pendengar agar pendengar tahu dan memberikan efek kepada presenter.
Beberapa
hal yang menjadi komponen presentasi adalah:
1.
Internal pribadi presenter.
2.
Bahan presentasi
3.
Media presentasi
4.
Audience (pendengar)
5. Lingkungan
Dari kelima komponen tersebut di atas tentu bisa mendukung terjadinya komunikasi yang efektif pada sebuah presentasi. Hal-hal yang mendukung suksesnya presentasi adalah:
Dari kelima komponen tersebut di atas tentu bisa mendukung terjadinya komunikasi yang efektif pada sebuah presentasi. Hal-hal yang mendukung suksesnya presentasi adalah:
a. Kesiapan Mental Presenter
Sebelum
mengadakan presentasi presenter harus siap dari segi mental. Nervous adalah hal
yang biasa dirasakan seorang presenter sebelum maupun pada saat presentasi.
Garuk-garuk anggota badan, menggerak-gerakkan anggota badan, suara yang
terputus-putus, menunjukkan tingkah yang aneh saat di depan forum merupakan
dampak gerogi yang ditampakkan seorang presenter ketika didepan forum. Hal
seperti itu sebisa mungkin dihindari karena bias mengurangi nilai dari sebuah
presentasi yang notabennya adalah penyampaikan informasi kepada pendengar.
Sebisa
mungkin presenter bias mengkondisikan diri sendiri sebelum bahkan saat
presentasi. Salah satu hal yang bias dilakukan sebelum presentasi agar tidak
gerogi adalah mengatur nafas sebaik mungkin. Atau hal yang sangat jelas harus
dilakukan adalah memperbanyak presentasi atau berbicara didepan orang banyak,
lama-kelamaan orang akan merasa terbiasa dan tidak canggung lagi ketika
berbicara di depan umum.
b. Penguasaan Materi
Penyiapan
materi tidak kalah pentingnya dengan yang lainnya. Ibarat sebuah senjata materi
merupakan peluru yang akan ditembakkan. Sehingga inilah sebenarnya muatan yang
akan diberikan kepada pendengan agar pendengar mengerti akan apa yang kita
inginkan. Dalam ilmu komunikasi materi harus disampaikan secara holistic dan
tidak sebagian karena hal tersebut akan mengurangi esensi atau maksud dari apa
yang sebenarnya ingin disampaikan oleh presenter.
c. Media Presentasi (Projector,
Board, Computer, Laptop, Pointer, dll)
Dalam
era modern ini media presentasi sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Software sangat membantu memperlihatkan data atau materi dalam jalannya
presentasi. Adanya OHP, Projector, laptor, computer, board dan alat-alat
elektronik penunjang lainnya agar presentasi bias lebih menarik.
d. Kondisi Audience (Pendengar)
Dalam
berjalannya persentasi presenter tidak hanya terus berbicara tanpa
pemperhatikan pendengar didepannya. Untuk mengkondisikan forum khususnya
pendengar tidak ada salahnya jika seorang presenter mempunyai trik untuk mengkondisikan forum.
Interaksi
kepada forum pun jangan dilupakan agar komunikasi yang dinamis dapat terjalin
pada forum presentasi tersebut. Sehingga pendengar tidak merasa bosan dengan
forum yang dikarenakan presenter terlalu monoton saat menyampaikan. Forum yang
tidak bias dikondisikan berakibat pada porsi materi yang diterima pendengar
atau dengan kata lain mengerti-tidaknya.
e. Kondisi Lingkungan / Forum Presentasi
Jika
perlu untuk kenyamanan suatu presentasi presenter perlu mengatur suasana forum
sebelum presentasi dimulai. Sebuah contoh ruangan yang terlalu dingin karena AC
mengakibatkan pendengar mengantuk karena kedinginan. Sebaliknya suhu yang
terlalu panas akan berakibat pendengar cenderung sibuk mengipas-ngipas dan
akhirnya mereka tidak memperhatikan presenter. Hal lain yang bias dilakukan
adalah menseting posisi duduk audience. Posisi leter L,U,melingkar dll bisa
dipikirkan sebelum diadakannya presentasi.
Secara hemat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah presentasi adalah:
1. Energi dan penuh semangat
Secara hemat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah presentasi adalah:
1. Energi dan penuh semangat
2.
Kontak mata dengan audiens
3.
Berbicara dengan jelas dan cukup keras
4.
Menggunakan anekdot dan humor yang sesuai
5.
Mengenakan pakaian yang serasi
6.
Argumen-argumen terstruktur dengan baik
7.
Slide dapat dibaca
8. Selesai tepat
waktu dan sediakan waktu untuk Tanya jawab
2. Langkah-langkah Persentase yang Baik
Efektifitas
presentasi ditentukan oleh kondisi audiens-nya dan kemampuan serta
karakteristik personal presenter. Audiens yang sudah termotivasi
sebelumnya, misalnya, tentu berbeda dengan audiens yang belum termotivasi,
misalnya terpaksa mengikuti pembicaraan tersebut karena mendapatkan tugas dari
instansi (meski demikian tidak bisa dikatakan bahwa setiap utusan dari
instansi kurang memiliki motivasi). Dalam kondisi demikian malah
menjadi tantangan bagi presenter untuk memotivasi pendengar agar tetap fokus
pada pembicaraan. Meskipun tidak ada panduan yang pasti bagi presenter
untuk melaksanakan presentasi, namu ada berbagai hal yang tetap harus
diperhatikan oleh presenter untuk mendapatkan hasil maksimal dalam sebuah
presentasi.
Ada
beberapa langkah untuk mengetahui bagaimana cara presentasi yang baik dan
benar, yaitu :
a.
Langkah Persiapan
1. Mengenali audiens
Langkap
penting awal adalah pengenalan terhadap audiens. Beberapa pertanyaan yang
bisa diajukan adalah berapa usia mereka, bagaimana tingkat pendidikan mereka,
bagaimana (kira-kira) kemampuan mereka terhadap isi materi yang akan kita
sampaikan nanti, bagaimana karakteristik personal dan kulturasi audiens, dalam
konteks materi tersebut apa yang mereka harap mereka dapatkan, dan apa
kebutuhan mereka sebenarnya.
Beberapa
catatan yang bisa ditambahkan, audiens yang heterogen cenderung lebih sulit
untuk kita kelola dari pada audiens yang homogen. Pengenalan terhadap
audiens ini akan menentukan bahasa dan materi yang memungkin untuk kita
sampaikan.
2. Menentukan topik yang akan kita
sampaikan
Setelah
audiens berhasil kita kenali, kita beranjak kepada topik-topik materi apa yang
memungkinkan kita sampaikan dalam forum tersebut.
3. Pokok Bahasan
Setelah
mengidentifikasi tema, kita mempersiapkan pokok-pokok bahasan dari tema yang
telah kita dapatkan.
4. Alur dan pengaturan presentasi
Pokok
bahasan yang akan kita sampaikan kita atur dalam alur yang runtut dan
logis. Usahakan jangan terlalu banyak flash back karena akan
membingungkan audiens.
5. Persiapan mental
b. Mengawali Persentasi
Sangat
penting bagi presenter untuk memberikan kesan menarik untuk mengawali sebuah
presentasi.
1. Penampilan
Pepatah
mengatakan “firs impression lasting forever”. Penampilan fisik
adalah kesan pertama yang didapatkan audiens. Kita tidak harus selalu
tampil dalam setelan formal. Situasilah yang nanti menentukan penampilan
kita harus seperti apa. Agak terasa naif apabila kita mengenakan setelan
jas lengkap dalam acara-acara out bond, misalnya.
2. Ice Breaking
Ice
breaking
ini adalah sarana untuk mencairkan kebekuan forum. Ice breaking
dapat berupa joke-joke atau cerita-cerita lucu, permainan energizer, atau
bahkan sekedar perkenalan biasa.
c. Penyampaian
1. Senyum
Usahakan
agar wajah kita selalu nampak segar dan dipenuhi dengan senyum.
2. Jelaskan
Berikan
penjelasan sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta. Tidak usah
berbelit-belit, dan tidak perlu menjelaskan apa yang kita sendiri tidak tahu.
3. Gunakan alat peraga
Alat
peraga akan membantu audiens dalam menangkap materi yang disampaikan.
Selain itu, bagi fasilitator sendiri, alat peraga akan membuat materi yang kita
sampaikan menjadi lebih sistematis.
4. Vokalisasi
·
Perhatikan kecepatan berbicara jangan terlalu cepat atau
terlalu lambat. Pembicaraan yang terlalu cepat akan membingungkan
audiens. Di sisi yang lain pembicaraan yang terlalu lambat akan membuat
suasana menjadi membosankan. Kecepatan bicara kita seyogyanya sedikit
lebih lambat dari apabila kita bercakap-cakap dalam situasi normal.
·
Volume suara disesuaikan dengan kondisi. Semua peserta
mampu menangkap dengan jelas, namun tidak ada yang merasa “diteriaki”.
·
Pemenggalan kalimat dilakukan secara tepat agar tidak
kesalahan interpretasi atas pembicaraan kita.
·
Intonasi perlu kita jaga agar audiens tidak merasa bosan.
5. Sejauh mungkin berbicara dengan
bahasa audiens
Tidak
perlu menggunakan kata-kata asing hanya agar tampak keren, namun pendengar
tidak paham dengan apa yang kita sampaikan. Akan sangat baik apabila
kadang kita menggunakan jargon-jargon yang populer di kalangan audiens kita.
6. Buat kontak mata
Kontak
mata yang dimaksud adalah kita berani untuk memandang audiens ketika berbicara.
Tidak jarang kita menemukan seseorang yang ketika berbicara didalam sebuah
forum menundukkan kepalanya tanpa melihat lawan bicara atau audience.
d. Memahami Harapan Audiens Dengan Umpan
Balik dan Partisipasi
1. Gali (rangsang) keikutsertaan
audiens
2. perhatikan bahasa tubuh audiens
(metaverbal maupun non verbal)
Lihat apakah mereka antusias, bosan,
tidak sabar, tidak percaya dan lain sebagainya.
e. Humor
Seorang
Trainer (presenter) adalah sekaligus seorang penyampai informasi dan seorang
entertainer. Lagi pula, sisipan humor-humor akan membuat suasana menjadi
lebih segar, dan membantu mempertahankan stamina audiens untuk tetap
memperhatikan apa yang kita bicarakan. Namun demikian humor juga jangan
terlalu berlebihan sehingga menelan materi yang mestinya kita sampaikan.
Akan sangat bermanfaat apabila humor yang kita lontarkan mempunyai kaitan
dengan pokok bahasan kita.
Humor
dapat berupa humor-humor yang bersifat situasional, dapat juga berupa joke-joke
atau cerita-cerita yang sudah kita persiapkan sebelumnya.
f. Penggunaan
Alat-Alat Peraga
Penggunaan alat peraga
akan membantu penyaji:
1. Menyajikan ide dengan lebih jelas
2. Memperlihatkan informasi secara
sistematis
3. Menghemat waktu
4. Meningkatkan citra dan kepercayaan
diri.
5. Membangun suasana lebih nyaman dan
merangsang keterlibatan peserta.
Alat
peraga akan membantu audiens:
1. Menyerap ide lebih baik
2. Menata hasil tanggapan
3. Menghindari kesalahpahaman
Berbagai
alat bantu yang bisa digunakan:
1. Papan tulis
2. Flip chart
3. Overhead Proyektor
4. Slide proyektor dan film strip
5. Film proyektor
6. Tape recorder
7. Video tape
8. Alat simulasi komputer
9. Booklet dan buku panduan
Persiapan
dalam menggunakan alat peraga:
1. Sesuaikan dengan bahan
2. Tepat guna dan sederhana
3. Dapat dilihat oleh semua peserta
4. Membantu presentasi
5. Mudah dioperasikan
6. Mudah dipindah
Menggunakan
alat peraga
1. Harus betul-betul terbiasa dengan
alat tersebut, pastikan dapat mengoperasikannya.
2. Letakkan pada tempat sedemikian rupa
agar dapat dilihat semua orang.
3. Pastikan alat tersebut berfungsi
dengan baik
4. Jangan biarkan alat bantu tersebut
mendominasi atau mengganggu karo presentasi.
5. Bila memungkinkan, pergunakan alat
bantu secara bervariasi.
6. Sajikan dan gunakan pada momen yang
tepat
7. Sisihkan/matikan alat bantu tersebut
bila tidak sedang digunakan
Berbicara menghadapi peserta, bukan membelakangi
0 comments:
Post a Comment