Friday, May 23, 2014

9:36 PM - No comments

REVOLUSI MENTAL (JOKOWI) DAN PENDIDIKAN KARAKTER

  Oleh : Prabu NUsantara



Suhu politik Negara ini semakin hari semakin naik. Semua kalangan seakan ikut dalam arus politik yang sedang dihadapi oleh bangsa ini. Mulai dari pembicaraan yang sifatnya formal maupun non formal, dari diskusi yang selevel hotel berbintang sampai pada diskusi di warung kopi tema_nya satu, yakni PILPRES. Wajar saja karena beberapa bulan ke depan rakyat di negeri ini akan memilih pemimpinnya untuk 5 tahun ke depan. Nasib rakyat ada pada hasil pemilihan 9 Juli mendatang.
Media pun sibuk dengan liputan mengenai pilpres ini, dari elektronik, cetak sampai pada media-media online. Beritanya yah kalau bukan mengenai Capres atau Cawapresnya, yah para tim suksesnya. Atau paling tidak para pengamat politik dari berbagai daerah yang berkomentar mengenai peluang kemenangan para kandidiat.
Ada yang menarik dari apa yang santer diberitakan beberapa hari terakhir yang menurut saya ini sedikit menggelitik perasaan saya sebagai generasi penerus dalam dunia pendidikan. Yaah.. hal yang saya maksudkan adalah REVOLUSI MENTAL yang diangkat oleh Jokowi ke dalam konsep visi nya kedepan. Menurut dia konsep revolusi mental yang diangkatnya dalah sebuah kepedulian terhadap apa yang terjadi saat ini di Negara tercinta. Hal yang mendasar adalah mengenai karakter bangsa kita yang mulai terkikis oleh arus perubahan zaman.
Dalam sebuah wawancara oleh media cetak nasional di Makassar beberapa saat yang lalu
Jokowi mengatakan, jika karakter bangsa telah tertanam kuat, maka negara dapat maju dengan pesat. Dia mencontohkan sejumlah negara yang melakukan penguatan karakter, misalnya Jepang dan Jerman. "Mereka memiliki mental yang positif. Oleh sebab itu, berulang-ulang saya menyebut itu," ujarnya.
Tentunya hal ini adalah angin segar bagi kita yang masih peduli terhadap nasib bangsa kita kedepannya. Persoalan karakter dan mental ini merupakan hal yang sangat prinsipil menurut saya. Kita tentunya tidak bisa menutup mata bagaimana hampir setiap menit media-media menyajikan fakta dan kejadian yang begitu jauh dari karakter kita sebagai bangsa yang beradab. Ironinya lagi tingkat pelanggaran hukum yang terjadi saat ini tidak mampu lagi kita petakan. Penyebarannya hampir di setiap daerah, pelakunya pun tak mengenal batas usia.
Belum lagi kalau kita bicara mental korup yang saat ini sedang menjadi penjajah nomor satu bagi system yang ada di Negara kita. Trias Politica yang ada pun hampir semua tak mampu menahan diri untuk tidak melakukan korupsi. Yaah.. Legislatifnya, yaah Eksekutifnya, yaah Yudikatifnya.. miris rasanya.
Konsep revolusi mental ini adalah salah satu poin yang yang sangat baik demi memperbaiki kondisi bangsa yang ada saat ini. Pendidikan karakter bagi generasi muda pun adalah salah satu cara mengimplentasikan konsep tersebut. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimilikinya. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu menjadi bangsa yang berkarakter adalah impian bangsa Indonesia.
Meskipun sudah bukan hal yang baru lagi, namun harus diakui bahwa fenomena globalisasi adalah dinamika yang paling strategis dan membawa pengaruh dalam tata nilai dari berbagai bangsa termasuk bangsa Indonesia. Sebagian kalangan menganggapnya sebagai ancaman yang berpotensi untuk menggulung tata nilai dan tradisi bangsa kita dan menggantinya dengan tata nilai yang popular di negara asing.
Di era globalisasi yang tidak mampu menahan derasnya arus informasi dari dunia manapun, membuat generasi muda dengan mudah mengetahui dan menyerap informasi dan budaya dari negara lain, demikian sebaliknya negara manapun dapat dengan mudah mendapatkan segala bentuk informasi dan budaya dari negara kita, disinilah karakter bangsa diperlukan karena apabila karakter bangsa tidak kuat maka globalisasi akan melindas generasi muda kita. Generasi muda diharapkan dapat berperan menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi yang semakin ketat sekarang ini.
Untuk membentengi generasi muda khususnya pelajar agar tidak terlindas oleh arus globalisasi maka diperlukan pembangunan karakter yang kuat. Membangun karakter tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, meskipun tidak mudah tetapi membangun karakter sangat penting, apalagi bagi generasi muda yang merupakan komponen bangsa Indonesia yang paling rentan dalam menghadapi terpaan arus globalisasi. Karena bagaimanapun juga generasi muda kita adalah cerminan karakter bangsa Indonesia. Apabila generasi muda kita tidak menjunjung tinggi nilai dan norma menurut falsafah Pancasila maka dapat dikatakan karakter bangsa kita memudar dan hilang, bila karakter suatu bangsa hilang maka tidak ada lagi nama bangsa Indonesia di peta dunia.
Ada tujuh budi utama yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia menurut Ary Ginanjar yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli yang harus dilandasi dengan empat pilar bangsa yaitu pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. ESQ mencanangkan Indonesia Emas 2020 yaitu bangsa yang bermoral dengan nilai tujuh budi utama dan akan menghasilkan generasi terbaik.
Sedangkan ada sekurang-kurangnya 17 nilai karakter bangsa yang diharapkan dapat dibangun oleh bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai karakter bangsa yang dimaksud adalah iman, taqwa, berakhlak mulia, berilmu/berkeahlian, jujur, disiplin, demokratis, adil, bertanggung jawab, cinta tanah air, orientasi pada keunggulan, gotong-royong, sehat, mandiri, kreatif, menghargai dan bertutur kata yang baik.
Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia.
Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Para pendiri negara menuangkan keinginan  itu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2 dengan pernyataan yang tegas, “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan  negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Para pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan dihormati bangsa-bangsa lain.
Semoga saja, PILPRES mendatang akan melahirkan pemimpin yang benar-benar peduli terhadap kondisi dan relaita bangsa khususnya generasi penerusnya. Siapa pun yang terpilih adalah dia yang bertanggung jawab terhadap bangsa ini untuk 5 tahun ke depan. Dan konsep Revolusi Mental ini semoga menjadi salah satu poin bagi siapa pun dalam menjalankan pemerintahan selanjutnya, demi generasi yang lebih beradab, generasi yang tidak bermental korup.. !!! [A.M]

0 comments:

Post a Comment