Tuesday, April 26, 2016

11:00 PM - No comments

Auditor Irjen Kemdikbud Periksa Para Kepala SMP dan SMA/SMK di Konawe



Konawe-, Pelaporan Dana BOS tahun 2014-2016 kembali diperiksa. Kali ini yang memeriksa pelaporan para Kepala Sekolah setingkat SMP dan SMA/SMK dilakukan oleh auditor dari Inspektorat Jenderal Kemdikbud. Auditor yang berjumlah empat orang tersebut tiba di Kantor Dinkas Konawe Jum’at (22/4) kemarin dengan diantar langsung oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Prov. Sultra. Kehadiran mereka disambut langsung oleh Sekdis Diknas Konawe Drs. Suprayitno, M.Pd didampingi Manajer BOS Tira L, S.Kom.

Pemeriksaan dilakukan selama dua hari yang dilakukan di dua tempat yaitu Kantor Diknas Konawe dan Aula SMAN 1 Pondidaha. Tira. L, S.Kom menjelaskan bahwa pemeriksaan ini ditujukan kepada Kepala Sekolah setingkat SMP dan SMA/SMK sederajat adalah untuk melakukan koreksi terhadap pelaporan penggunaan Dana BOS. “Pemeriksaan ini tujuannya adalah melakukan koreksi kepada mereka pengguna dana BOS, hasilnya audit nanti akan dikoordinasikan dengan Diknas. Selanjutnya akan ditindaklunjuti, apakah ada perbaikan dalam tata cara penyajian laporan atau pelaporan mereka sudah benar,” kata Tira di kerjanya saat memantau langsung pemeriksaan.


Hari kedua pemeriksaan dilakukan di aula SMAN Pondidaha, Taufik Ilham Putra, S.Pd., M.Pd Kepala SMAN Podidaha mengatakan, pemeriksaan dilakukan di sekolahnya adalah hasil kesepakatan para Kepala Sekolah yang diperiksa dengan Diknas Konawe dan auditor Irjen Kemdikbud. Taufik mengatakan bahwa kesepakatan ini diambil untuk meringankan jarak para auditor yang stay di Kendari selama pemeriksaan sebab mereka juga mengaudit para Kepala Sekolah di wilayah Konawe Selatan.

Pantauan kami, pemeriksaan yang dilakukan sejak pukul 09.00 WITA berlangsung hingga pukul 17.40 WITA. Sebanyak 14 sekolah yang terdiri dari Kepala Sekolah dan Bendahara duduk dan menyajikan laporannya di hadapan empat auditor. Jusmar, S.Pd., M.M Kepala Sekolah SMAN 1 Unaaha yang turut diperiksa merasa bersyukur mendapat tuntunan langsung oleh para auditor dalam penyajian laporan BOS. “Saya merasa bersyukur menjadi salah satu sample dalam pemeriksaan oleh Irjen Kemdikbud ini, sebab selama ini kami dalam penyajian laporan belum terlalu mengetahui seperti apa bentuk baku laporan yang disarankan oleh Kemendikbud”.


Diakhir pemeriksaan, Hanafi yang merupakan ketua rombongan auditor memberikan wejangan kepada para kepala sekolah yang diperiksa. “Jadi hari ini kami telah melakukan pemeriksaan kepada saudara-sudara sekalian, semoga pemeriksaan ini menjadi bahan koreksi bagi penyajian laporan BOS berikutnya. Selanjutnya hasil pemeriksaan ini akan kami laporkan kepada diknas konawe untuk ditindaklanjuti.” Kata Hanafi sembari menutup acara pemeriksaan tersebut.(A.M)

Wednesday, April 20, 2016

11:56 PM - No comments

Kartini dan Gerakan Perempuan


Bulan April identik dengan Hari Kartini. Asal mula peringatan hari Kartini adalah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 tertanggal 2 Mei 1964. Sejak saat itu, setiap tanggal 21April, bangsa Indonesia memperingatinya sebagai hari Kartini.
Pramoedya Ananta Toer dalam pengantarnya di buku Panggil Aku Kartini Saja mengungkapkan bahwa: “Kartini adalah orang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia yang menutup zaman tengah, zaman feodalisme pribumi yang “sakitan” menurut istilah Bung Karno.”
Sementara Dr. Ny. Hurustiati Subandrio dalam kata sambutannya di buku karya Pram tersebut menuliskan bahwa, walaupun berasal dari kalangan bangsawan, Kartini memiliki jiwa demokratis yang mendasari segala pandangannya terhadap soal-soal sosial-ekonomi, maupun politis serta senantiasa mencari pemecahan atas nasib rakyat Indonesia. “Disitulah arti tulisan-tulisan Kartini, yang menjadikannya pahlawan nasional, disamping pramuka kemajuan wanita Indonesia,” jelasnya lebih lanjut.
Membaca dan memahami pikiran Kartini tidak bisa dilepaskan pada situasi dimana Kartini hidup, Tahun 1870 –sembilan tahun dari masa kelahiran Kartini—diberlakukan UU Agraria dimana orang-orang Eropa yang punya modal bisa menyewa tanah di Hindia Belanda. Bisa dibilang bahwa situasi saat itu adalah masa peralihan dari kapitalisme perkebunan ke kapitalisme uang. Untuk kepentingan pembukaan lahan perkebunan dan penumpukan pundi-pundi kaum pemodal di Belanda, maka di berlakukan cultuurstelsel atau politik tanam paksa. Di mana kaum pribumi banyak yang dipekerjakan di lahan-lahan perkebunan tanpa upah yang memadai dan beban kerja yang sangat tidak manusiawi. Bahkan diperlakukan layaknya budak. Sementara pribumi yang punya tanah garapan dipaksa menanam tanaman yang dibutuhkan oleh orang Eropa dan hasilnya diserahkan kepada Belanda tanpa imbalan yang setimpal atau sangat minim untuk kebutuhan kaum pribumi sendiri. Hal ini menimbulkan bencana kelaparan, kemiskinan dan kematian yang massif bagi kaum pribumi.
Hal ini menimbulkan kritik pedas di Netherland. Muncullah pelopor politik Ethik. Sementara di Hindia Belanda Multatuli atau Edward Dowwes Dekker juga mengobarkan kritik terhadap pemerintah Hindia Belanda. Karya Multatuli, Max Havelar, yang merupakan pembelaannya terhadap nasib kaum pribumi dari perbudakaan tanam paksa, sangat mempengaruhi pandangan dan pemikiran Kartini. Nasionalisme dan keberpihakan Kartini atas nasib pribumi banyak mendapat pengaruh dari pemikiran Multatuli.
Kartini jeli melihat bahwa ada unsur-unsur maju dalam kebudayaan kaum pribumi yang menonjol dan perlu dikenalkan kepada dunia luar, terutama Belanda dan Eropa. Sehingga, menurut Kartinidalam “Panggil Aku Kartini Saja”, penting ada pendidikan watak dan karakter melalui seni dan budaya.
Di sisi lain, Kartini melihat bahwa kaum pribumi begitu menderita ketika berhadapan dengan sistem tanam paksa, dan harga diri mereka tak lebih dari budak di lahan-lahan perkebunan Belanda. Sementara di Belanda sana sedang berkembang dengan pesat ilmu pengetahuan, ide-ide kesetaraan dan penghormatan atas hak-hak asasi manusia. Sehingga, menurut pandangan Kartini, penting bagi kaum pribumi mengenyam ilmu pengetahuan Eropa agar mereka dipandang sederajat sebagai manusia.
Selain kelompok yang ingin mempertahankan kapitalisme dan ingin memeras habis tanah jajahan, dan kelompok liberal yang menuntut usaha dan modal swasta, terdapat pula kelompok sosialis, yakni kelompok yang mengutuk sikap Belanda dan menuntut Belanda membayar rasa terimakasihnya kepada rakyat pribumi dengan cara menjadikan mereka pandai dan membangun bidang-bidang yang memberi kesejahteraan. Kelompok sosialis yang berkembang di Belanda dan beberapa yang memperjuangkan pemikiran-pemikirannya di bumi Hindia Belanda inilah yang banyak mempengaruhi cakrawala Kartini tentang emansipasi dan pendidikan bagi kaum pribumi.
Kewajiban Perempuan dalam Perjuangan kemerdekaan Indonesia
Soekarno dalam bukunya Sarinah mengatakan; “bahwa soal wanita adalah soal masyarakat. Sayang sekali masalah wanita itu belum pernah dipelajari sungguh-sungguh oleh pergerakan kita. Kita tidak dapat menyusun negara dan menyusun masyarakat jika kita tidak mengerti soal wanita.”
Demikian penting soal wanita ini menjadi bahan bagi penyusunan masyarakat dan negara, sehingga pemahaman atas persoalan perempuan menjadi salah satu pijakan dalam membangun gerakan perempuan.
Akar persoalan perempuan dapat kita tilik dari pernyataan Ruth Indiah Rahayu sebagai berikut ;
“Saya melihat persoalan perempuan di zaman Kartini dengan masakini, selama berkaitan dengan seksnya, tidak berubah. Pemaksaan terhadap perempuan menjadi budak seks di tengah perkebunan dahulu, kini terulang di tengah industri pariwisata. Pandangan feodal semasa Kartini malah dibangkitkan –neo feodalisme.”
Selain menghendaki politik balas budi kepada masyarakat jajahan, kelompok sosialis juga peduli dengan persoalan perempuan. Karena itu, feminisme di Belanda bisa bertemu pandangan dengan mereka. Salah satu sahabat Kartini penganut feminis sosialis adalah Estella Zeehandelar. Terbukanya mata Kartini terhadap persoalan perempuan dan usaha membebaskan penindasan diperoleh dari diskusi-diskusinya dengan Estella. Selain itu beberapa buku seperti Hilda van Suylenburg karya Nyonya Goekoop, Moderne Maagden karya Marcel Prevost serta DeVrouw en Sosialisme karya Augusta Babel, yang memperkaya pandangan Kartini tentang pentingnya emansipasi perempuan.
Sejak era Marx dan Engels, sosialisme sudah berpihak pada pembebasan kaum perempuan. Hal inilah yang membuat sosialisme sejalan dengan perjuangan kaum perempuan yang lazim disebut dengan istilah feminisme. Walaupun pijakan feminisme dan sosialisme berbeda.
Seperti kita ketahui bahwa feminisme, terutama feminisme liberal, melihat akar persoalan penindasan terhadap kaum perempuan adalah  kodrat  laki-laki. Hal ini tercermin dalam sistem budaya yang patriarkal, di mana dominasi laki-laki terhadap perempuan memerosokkan peran perempuan hanya pada ranah domestik. Sementara ranah publik dikuasai sepenuhnya oleh dominasi kaum laki-laki.
Sementara bagi kaum Sosialis, pendekatan dan visi terhadap pembebasan perempuan berpijak pada garis klas. Dalam pandangan Sosialis, penindasan laki-laki terhadap kaum perempuan muncul dari kepemilikan pribadi dan masyarakat klas. Studi-studi mengenai sejarah peradaban manusia semenjak zaman batu memperlihatkan bahwa dalam masyarakat yang tidak mengenal kepemilikan pribadi dan perbedaan klas kaum perempuan dan laki-laki sama-sama terlibat dalam proses produksi dengan kedudukan yang sejajar. Dalam masyarakat-masyarakat seperti itu, perempuan memiliki kebebasan dan kesetaraan dengan laki-laki. Munculnya kepemilikan pribadi atas alat produksi dan masyarakat klas telah menyingkirkan kaum perempuan dari proses produksi dan melemparkannya kepada pekerjaan-pekerjaan domestik (kerumahtanggaan). Dengan jalan itu, kebebasan perempuan terenggut, dan kesetaraannya dengan laki-laki lenyap. Oleh karena itu, bagi kaum Sosialis, pembebasan perempuan tidak dapat dipisahkan dari perjuangan untuk mengakhiri kepemilikan pribadi atas alat produksi dan masyarakat klas. Ya, pembebasan perempuan tidak dapat dipisahkan dari perjuangan untuk mewujudkan masyarakat Sosialis.
Dalam segala keterbatasan Kartini menceritakan kepada sahabatnya bagaimana keinginannya merubah keadaan dan kondisi kaum pribumi di masanya sebagai berikut :
“Kami beriktiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri. Menolong diri sendiri. Menolong diri sendiri itu kerap kali lebih sukar dari pada menolong orang lain. Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula.” (Cuplikan surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 12 Desember 1902)
Adapun Sukarno, dalam bukunya Sarinah menjelaskan: “nasib kaum wanita Indonesia tergantung dari tangan mereka sendiri. Kaum laki-laki harus terus mengingatkan dan memberikan keyakinan kepada kaum wanita Indonesia tentang pentingnya mereka ikut dalam gerak perjuangan. Perempuan Indonesia harus bahu membahu dengan laki-laki mewujudnya cita-cita bangsa yang sejahtera, adil dan makmur, zonder exploitation de lhomme par lhomme.

Kita sadar bahwa kaum perempuan Indonesia masih merupakan bagian dari masyarakat marginal. Kapitalisme berkepentingan melanggengkan struktur dan budaya yang patriarkhi untuk terus melanggengkan kekuasaannya. Sehingga ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Disatu sisi gerakan perempuan harus mengembalikan kepercayaan diri dan kemampuan pada diri kaum perempuan untuk bisa menolong dirinya sendiri. Sehingga pada gilirannya kelak mereka dapat berdiri tegak sebagai pribadi yang merdeka. Di pihak lain, gerakan perempuan sadar bahwa mereka punya peran penting dalam perjuangan yang lebih luas. Dalam proses demokrasi yang sedang berkembang terdapat ungkapan sebagai berikut: no democracy without women (tak ada demokrasi tanpa keterlibatan kaum perempuan).

Oleh: Siti Rubaidah

Monday, April 18, 2016

5:07 PM - No comments

Seleksi CPNS Bakal Dibuka, ‎Ini Bocoran Formasinya

Jakarta - Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) akan membuka kesempatan bagi para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk mengikuti tes seleksi di tahun ini.

Kepala Biro Hukum, Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian PANRB Herman Suryatman mengungkapkan instansinya saat ini tengah menggodok berapa formasi yang akan diseleksi.

Herman mengungkapkan proses seleksi tahun ini hanya untuk posisi-posisi tertentu, khususnya yang berhubungan dengan tenaga pendidik seperti salah satunya guru dan tenaga kesehatan layaknya perawat, dokter, dan lain sebagainya.

"Kemungkinan guru, tenaga kesehatan dan jabatan fungsi tertentu yg benar-benar dibutuhkan‎," kata Herman saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (18/4/2016).

Kementerian PANRB saat ini masih melakukan proses pengkajian mengenai berapa jumlah formasi yang dibutuhkan dan jumlah itulah yang akan menjadi rebutan bagi para pencari kerja.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, setiap instansi baik itu di pemerintah pusat atau peemrintah daerah harus mengajukan usulan penambahan formasi ke Kementerian PANRB. Nanti Menteri PANRB lah yang akan memutuskan.

"Saat ini usulan formasi dari instansi sudah, sedang dilakukan penelaahan oleh Kemenpan untuk selanjutnya ditetapkan‎," paparnya.

Namun, Herman belum bisa memastikan kapan proses penelaahan itu akan dituntaskan. "Tunggu saja ya," tutup dia

Sumber: Liputan6.com

Friday, April 15, 2016

7:11 AM - 3 comments

KONAWE JADI SASARAN PROGRAM INDONESIA MENGAJAR

Awal April 2016 kemarin Dinas Pendidikan Konawe kedatangan tamu dari Tim Survey Lembaga Indonesia Mengajar. Kehadiran tim survey tersebut adalah untuk meninjau lokasi rencana penempatan pengajar muda dari program Indonesia Mengajar di Kabupaten Konawe.

Untuk diketahui Indonesia Mengajar adalah lembaga rintisan Bapak Anies Baswedan atau Menteri Pendidikan saat ini. Lembaga ini didirikan tahun 2009 dengan  visi Indonesia Mengajar adalah gerakan. Usaha untuk mengajak semua pihak untuk ambil bagian menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia. Cita-citanya adalah terlibatnya seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai janji kemerdekaan. Bangsa yang dipenuhi oleh pemimpin berbagai bidang dengan kompetensi global dan pemahaman akar rumput.

Haiva Ratu Muzdaliva yang diutus oleh Indonesia Mengajar untuk meninjau langsung kondisi daerah yang akan dijadikan lokasi penempatan para pengajar muda menjelaskan bahwa untuk tahun 2016 ini Konawe akan kedatangan 10 pengajar muda dari berbagai disiplin ilmu yang akan membantu memajukan pendidikan di Konawe. “Jadi untuk tahun ini salah satu sasaran kami adalah Kab. Konawe. Bulan Juni nanti ada 10 orang yang akan datang kesini (Konawe). Mereka akan bertugas selama setahun, kemudian setahun berikutnya akan digantikan oleh tim lainnya, begitu seterusnya selama 3 sampai 5 tahun,” kata perempuan muda berjilbab ini.

Selanjutnya Haiva, begitu sapaan akrabnya menjelaskan bahwa para pengajar muda ini akan ditempatkan di lokasi yang terpencil sebab menurut mereka bahwa semakin terpencil suatu daerah semakin tinggi pula tingkat kebutuhan gurunya. “Jadi setelah meninjau lokasi saya akan balik ke Jakarta membuat laporan dan paparan data kepada tim lalu diputuskanlah di sekolah mana saja akan ditempatkan para pengajar muda nanti” jelas gadis alumni ITB ini.

Selama kurang lebih seminggu tim dari Dinas Pendidikan Konawe menemani wanita muda ini berkeliling ke daerah terpencil Konawe untuk meninjau langsung lokasi penempatan. Tira Liambo, S.Kom yang turun langsung menemani tim dari Indonesia Mengajar ini menjelaskan bahwa ada beberapa kecamatan yang direkomendasikan Dinas Pendidikan Konawe untuk dijadikan sasaran penempatan. “Kita setelah diskusi dengan Tim Indonesia Mengajar dan juga Bapak Kepala Dinas Pendidikan menyimpulkan untuk merekomendasikan Kecamatan Asinua, Latoma, Padangguni, Soropia dan juga Kecamatan Routa untuk menjadi sasaran penempatan pengajar muda” papar pria berkumis ini.

Selanjutnya Tira yang juga Kasubag Perencanaan Dinas Pendidikan Konawe ini mengatakan bahwa sekolah yang dijadikan sasaran tidak perlu merasa risau karena para pengajar muda ini tidak akan membebani sekolah atau pun daerah dalam hal pembiayaan. “Kita merasa bersyukur adik-adik dari Indonesia Mengajar ini melirik Konawe untuk dijadikan sasaran penempatan, harapan kami semoga kehadiran mereka nantinya akan ikut serta memajukan pendidikan di daerah sasaran penempatan pada khususnya dan Kabupaten Konawe pada umumnya”tutupnya. (A.M)